Gusdurian Menjejak di Thailand

Gusdurian Thai dan Mbak Alissa Wahid

Sawaddee! Jejaring Gusdurian resmi menjejak negeri Gajah Putih. Baru-baru ini di sela-sela perhelatan Temu Nasional (TUNAS) Gusdurian di Yogyakarta tanggal 10 – 12 Agustus 2018, Gusdurian Thailand resmi bergabung dalam jaringan Gusdurian.

Gusdurian adalah sebuah jejaring berisikan individu-individu yang menisbahkan diri sebagai murid-murid KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, yakni mereka yang sepemikiran dan/atau mengambil inspirasi dari perjuangan Gus Dur, Presiden ke-4 Republik Indonesia Indonesia.

Setidaknya ada tiga generasi Gusdurian, sebagaimana dipaparkan oleh Alissa Wahid, Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan Gusdurian, yaitu :

  1. Generasi Pertama, yakni generasi yang seiring seperjuangan dengan Gus Dur. Mereka adalah teman-teman, sahabat-sahabat, dan para pengagum Gus Dur yang mendedikasikan hidup dan karya selaras dengan perjuangan Gus Dur.
  2. Generasi Kedua, generasi seangkatan Alissa Wahid dan Lia Sciortino (Pendiri Sea Junction, Bangkok), yang meskipun berjarak usia dengan Gus Dur, tetapi menjalin relasi langsung dan kerja-kerja kemanusiaan dengan Gus Dur dalam banyak bidang.
  3. Generasi Ketiga, yakni generasi yang tidak bertemu langsung dengan Gus Dur. Mereka mengenal Gus Dur melalui buku-buku dan cerita dari mulut ke mulut (tradisi oral). Namun, melalui medium itu, mereka menyerap dan terinspirasi dengan nilai-nilai perjuangan Gus Dur.

Tiga arus generasi itulah yang menjadi “isi” dari Gusdurian sebagaimana dipaparkan oleh Alissa Wahid, di sela-sela kunjungan ke Bangkok, 19 Agustus 2018. Kunjungan itu sejatinya dalam rangka menghadiri satu sesi diskusi panel di Sea Junction bertema “Playing the Identity Card in Southeast Asia,” namun Alissa menyempatkan bersua dengan Komunitas Gusdurian Thailand yang baru saja terbentuk.

Lebih lanjut, kembali tentang Gusdurian, Alissa Wahid menguraikan bahwa tantangan zaman saat ini membutuhkan respon dari apa yang telah Gus Dur kerjakan dan wariskan. Warisan Gus Dur itu berupa nilai-nilai kesetaraan, keadilan, pluralis, toleransi, dan keberagaman; yang diteladani oleh murid-murid Gus Dur untuk menghadapi kelompok-kelompok intoleran dalam segala bentuk.

Di Gusdurian Thailand, demikian tutur Alissa Wahid, boleh jadi kebanyakan adalah generasi ketiga yang tidak mengenal langsung dengan Gus Dur tetapi mempunyai semangat untuk meneladani Gus Dur. Gusdurian, masih menurut Alissa Wahid perlu bertindak aktif, tidak berhenti hanya menikmati tapi bergerak menyebarkan nilai-nilai pemikiran Gus Dur. Gusdurian adalah sebuah gerakan berbasis nilai bukan berbasis isu. Gusdurian memposisikan diri untuk memperjuangkan nilai-nilai yang diyakini bersumber dari tradisi Gus Dur. Nilai-nilai itulah yang digunakan untuk membaca isu-isu yang berkembang. Ada sebuah pameo di kalangan aktivis Jaringan Gusdurian, “di mana ada ketidakadilan, di situ ada Gusdurian”.

Tentang sosok Gus Dur, Alissa Wahid menjelaskan bahwa mereka yang mengenal Gus Dur secara langsung bisa lebih utuh memotret pribadi Gus Dur, tidak hanya sisi muka saja tetapi juga sisi balik layar. Hubungan antara Gus Dur dan Soeharto, misalnya, meskipun dalam banyak hal Gus Dur tidak setuju dan mengkritik keras kebijakan-kebijakan Soeharto yang melanggar nilai keadilan, namun secara personal Gus Dur tetap menjaga relasi yang baik dengan Soeharto. Gus Dur adalah pribadi yang sanggup membedakan antara individu dan perbuatannya. Gus Dur mengkritik keras kebijakan-kebijakan Soeharto yang melanggar keadilan tetapi tetap memposisikan Soeharto sebagai manusia yang dihormati.

Gusdurian mewarisi nilai-nilai keteladanan Gus Dur yang non politis dan partisan. Gusdurian adalah gerakan dari bawah naik ke atas. “Meskipun demikian, bukan berarti kita anti pada politik praktis, namun projek politik praktis itu jangan sampai membawa-bawa nama Gusdurian”, tutur Alissa Wahid.

Lebih lanjut, Alissa Wahid menjelaskan bahwa ada empat area majemen isu-isu strategis di Gusdurian, yakni: 1) manajemen isu seputar masalah intoleransi, ujaran kebencian, ajakan melakukan kekerasan, diskriminasi, dll., 2) manajemen pengkaderan Gusdurian; misalnya, Seknas mengirimkan anggotanya untuk melakukan pelatihan, misalnya tentang analisis sosial dan kampanye sosial media, untuk meningkatkan kapasitas Penggerak Gusdurian, 3) manajemen pendampingan komunitas, termasuk komunitas Gusdurian Bangkok, 4) manajemen jaringan, misalnya mengkampanyekan isu-isu lokal di tingkat nasional seperti Gema Demokrasi, Gerakan Sapu Koruptor, dan sebaliknya, isu-isu nasional dibumikan ke bawah.

Lantas, apa saja yang akan menjadi misi dari Gusdurian Thailand? Dalam pandangan penggerak Gusdurian yang hadir, Gusdurian Thailand berhasrat ikut menyebarluaskan nilai-nilai Gus Dur yang universal, baik untuk kalangan masyarakat Indonesia maupun kalangan yang lebih luas lagi di negeri gajah putih ini.

 

PS. Untuk saat ini kiprah dan pandangan Gusdurian Thailand akan bisa diikuti di laman Facebook mereka di: http://facebook.com/GusdurianThailand atau kontak langsung di http://m.me/GusdurianThailand

#Repost:

**Hasil notulensi diskusi Gusdurian Thailand bersama Mbak Alissa Wahid (diedit oleh Bu Catha Maria dan Mas Haris El-Mahdi)

Posted by GUSDURian Thailand on Thursday, August 23, 2018

Tinggalkan komentar